MEMAHAMI AJARAN ISLAM
SECARA UNIVERSAL

Subtansi ajaran Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, segala sesuatu yang menyangkut ajaran Islam akan menumbuh kembangkan pola hidup manusia dalam kedaan damai serta membahagiakan. Islam tidak mengajarkan umatnya berbuat semena – mena terhadap sesamanya, bahkan secara tegas ajaran Islam memberikan tuntunan terhadap umatnya agar hidup berdampingan dengan kalangan manapun (sekalipun kepada kaum kafir) selagi mereka (kaum kafir) tidak memerangi ataupun tidak membahayakan syiar - syiar Islam, namun harus digaris bawahi bukan berarti ajaran Islam membenarkan ajaran kaum kafir!, akan tetapi eksisitensi ajaran Islam selalu mengedepankan pola hidup adil serta penuh dengan kasih sayang.
Ajaran Islam sangatlah sempurna, sehingga nilai – nilai keajaiban ajarannya dapat dirasakan manfaatnya secara universal oleh siapapun juga, baik bagi pemeluknya itu sendiri atupun bagi mereka yang tidak beriman kepada ajarannya (kaum kafir). Lalu dengan dalih apalagi anda akan mendiskreditkan ajaran Islam yang diliputi kasih sayang, maka berbahagialah dan bersyukurlah bagi kalian yang mendapatkan Rahmat serta Hidayah dari Allah SWT sehingga dapat memeluk Din Islam yang suci.

Standarisasi Ajaran Islam adalah membentuk pribadi manusia agar beriman dan bertaqwa, hingga puncaknya dapat meraih martabat Abidin yakni seorang hamba yang mampu menempatkan segala wujud perbuatan lahiriyah maupun bathiniyahnya hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, sebagaimana Firman-Nya :

“dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia, terkecuali supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
(QS : Adz Dzariyat – 56)

Sekalipun seorang pemeluk Din Islam telah sempurna dalam menguasai ajaran Islam (baik dalam penguasaan ilmu syari’at ataupun ilmu hakekat), apabila ilmu tersebut tidak diaplikasikan untuk mengabdi kepada Allah SWT, didalam disiplin hukum Islam akan memberikan kedudukan kepada orang tersebut sebagai hamba yang belum sampai pada suatu tingkatan kesempurnaan iman dan taqwa, karena berindikasi hidupnya masih penuh dengan nafsu (Linafsi), yang akhirnya tidak menuai hikmah malah sebaliknya akan mendatangkan fitnah.

Apapun realitas ajaran Islam dalam prakteknya akan selalu di akhiri dengan hikmah serta kebaikan. Sedangkan datangnya berbagai fitnah serta kerusakan, pada dasarnya terjadi atas sebab kesalahan internal pemeluk ajaran Islam (secara individu) yang kemungkinan besar belum dapat mengerti secara benar akan misi - misi ajaran Islam, sehingga menyalahi tata aturan yang sudah di putuskan dalam Syariat serta Aqidah Islam.